Koperasi Nira Kamukten; Maksimalkan Potensi, Raup Rezeki Melalui Semangat #AyoBerkoperasi

Koperasi Nira Kamukten
Kantor Koperasi Nira Kamukten (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Juli menjadi bulan istimewa bagi segenap insan koperasi. Setiap tanggal 12 Juli, mereka merayakan hari jadi. 75 tahun sudah koperasi menjadi salah satu penyangga ekonomi negeri. Kini, makin banyak koperasi yang lahir dan membantu warga pribumi. Salah satunya adalah Koperasi Produksi Nira Kamukten di Kabupaten Banjarnegara. Hampir satu dekade koperasi yang beralamat di Desa Gumelem Wetan ini membuat gula serbuk dari nira kelapa.

Koperasi Nira Kamukten dibentuk dengan tujuan mulia, untuk kesejahteraan para penyadap nira. Tentu bukan pekerjaan sepele mengajak masyarakat beralih dari produksi gula cetak ke gula serbuk. Apalagi kebiasaan membuat gula dengan cetakan dari tempurung kelapa atau bambu sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Para produsen berdalih, pembuatan gula serbuk tidak praktis dan memakan waktu cukup lama. Namun, seperti yang pepatah katakan bahwa, di mana ada kemauan, di situ pasti ada jalan.

Oktober 2012, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH) Purwokerto datang ke Desa Gumelem Wetan untuk memperkenalkan gula semut, begitu masyarakat setempat menyebut gula serbuk. Ketekunan dan kesabaran LPPSLH dalam mengedukasi warga pelan-pelan mulai membuahkan hasil. Saat itu, paling penting adalah mengubah pola pikir masyarakat dan menanamkan keyakinan bahwa diversifikasi gula cetak ke gula semut dapat meningkatkan taraf hidup.

Ketika penghasilan para penderes mulai beranjak naik dan mereka sudah memiliki gambaran tentang koperasi produksi, sebanyak 25 orang pun sepakat untuk membentuk lembaga koperasi. Tujuannya ialah untuk memfasilitasi sertifikasi lahan kebun organik dan membantu memasarkan produk hingga mancanegara.

Sampai saat ini, Koperasi Nira Kamukten telah mengekspor gula semut ke berbagai negara Eropa dan Amerika seperti Jerman, Swiss, Perancis, Belanda, Spanyol, Kanada, Amerika Serikat, dan Brasil. Meski kini gula yang diproduksi telah sampai luar negeri, mereka tak henti merajut mimpi untuk terus memaksimalkan potensi dan meraup rezeki melalui semangat #AyoBerkoperasi.


Perjalanan Meyakinkan Penyadap Nira

Koperasi Nira Kamukten
Gula Semut yang Siap Diekspor (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Sejak zaman nenek moyang, para penyadap nira membuat gula kelapa dengan dicetak menggunakan batok atau bambu. Gula kemudian dijual ke pengepul dengan harga yang tidak stabil. Kebiasaan penderes yang meminta uang di awal kepada pengepul membuat sistem perdagangan menjadi buruk. Tengkulak cenderung memberi harga sesuka hati. Penderes tidak memiliki harga tawar.

Ketidakstabilan harga dari tengkulak membuat penghasilan penyadap nira tidak menentu. Imbasnya, kebutuhan gizi keluarga mereka pun tidak tercukupi. Keprihatinan penderes makin diperparah dengan kondisi geografis mereka yang berada di area pegunungan dan aksesnya masih sulit untuk dijangkau saat itu. 

Kemudian, pada Oktober 2012, LPPSLH Purwokerto hadir di tengah keprihatinan tersebut. Salah satu program mereka yaitu Program Pedesaan dan Kewirausahaan Sosial adalah melakukan pemberdayaan terhadap perajin gula kelapa. Bentuknya berupa pendampingan peningkatan mutu dan sertifikasi gula organik.

Saat itulah, para petani gula di Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan diajak untuk praktik membuat gula semut organik. Di tempat lain, LPPSLH mengedukasi pemuda di desa tersebut untuk membentuk lembaga koperasi. Salah satunya adalah Mas Susanto. Ketidaktahuan Mas Icus, sapaan akrab Mas Susanto, perihal perkoperasian membuatnya benar-benar belajar dari nol untuk memahami koperasi produksi.

Praktik pembuatan gula semut bukan hanya dilakukan sekali dua kali. Akan tetapi berkali-kali. Produksi gula semut organik pada bulan pertama mencapai 300 kg. Gula tersebut lalu dijual ke Pusat Pengembangan Produk Rakyat (P3R) sebagai salah satu distributor gula semut organik bersertifikat. Penghasilan penyadap nira pun meningkat 45 persen dari biasanya. 

Peningkatan pendapatan yang cukup signifikan tak lantas membuat penyadap nira sepakat untuk membuat koperasi. Jerat utang dengan pengepul serta kenangan dengan koperasi sebelumnya yang uangnya dibawa lari oleh pimpinannya membuat penderes ciut nyali. 

Koperasi Nira Kamukten
Mesin Oven untuk Mengurangi Kadar Air Gula Semut (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Padahal, produksi gula semut dinilai akan sulit berkembang jika tidak dinaungi oleh lembaga koperasi. Hal tersebut dikarenakan adanya biaya yang besar untuk transaksi jual beli dengan pembeli dari luar negeri, diperlukan sertifikat organik, dan dibutuhkannya dapur serta peralatan yang memadai. Akhirnya, sebanyak 25 orang menaruh kepercayaan dan harapan pada rencana pembuatan koperasi dan sepakat untuk membentuk lembaga tersebut. 

15 April 2013 dimulai pra koperasi dan pada 5 Desember 2013 akhirnya Koperasi Nira Kamukten dilegalkan. Saat itu, Mas Icus terpilih sebagai ketua koperasi dan masih diberi amanah hingga sekarang. Dalam proses pembuatannya, koperasi ini selalu didampingi oleh dinas-dinas terkait seperti Disperindagkop UKM, Dinas Pertanian, dan BAPPEDA.

Dua puluh lima orang yang bergabung sejak awal adalah kerabat para pengurus. Kepercayaan mereka pada Koperasi Nira Kamukten tidak disia-siakan oleh Mas Icus dan kawan-kawan. Dari 25 orang, kini jumlah anggota sudah mencapai 543 orang yang tersebar di 3 kecamatan, yaitu Susukan, Mandiraja, dan Punggelan.


Sebar Semangat #AyoBerkoperasi

Koperasi Nira Kamukten
Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun 2018 (Foto: Koperasi Nira Kamukten)

Sejak 2009, tren gula semut terus meningkat. Data Kementerian Perindustrian menyebutkan permintaan gula semut untuk di ekspor pada tahun 2014 mencapai USD 34,7 ribu. Permintaan tersebut lalu naik sekitar 27 persen menjadi USD 48 ribu pada tahun 2017.

Melihat pangsa pasar yang sangat luas dan permintaannya tinggi membuat pengurus Koperasi Nira Kamukten terus menyebarkan semangat #AyoBerkoperasi kepada para penderes. Dimulai dari membentuk kelompok usaha untuk belajar membuat gula semut, pelan-pelan para inisiator koperasi 'menyusup' untuk mengenalkan dunia koperasi ke perajin gula.

Seperti namanya "Kamukten", yang memiliki arti kemuliaan, maka koperasi ini ingin memuliakan penderes, mengubah tatanan perdagangan yang selama ini dikuasai oleh tengkulak. Dalam menyebarkan semangat, Koperasi Nira Kamukten bukan hanya obral janji, namun juga memberi bukti. Bukti bahwa mereka mampu menstabilkan harga, mampu membuat penderes memiliki jaminan hari tua, serta mampu menjual gula hingga mancanegara.

Terkait izin usaha, Koperasi Nira Kamukten telah mengantongi berbagai izin seperti Nomor Induk Berusaha (NIB), Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), sertifikat pangan P-IRT, sertifikat halal, dan sertifikat organik yang dikeluarkan oleh Control Union. Dari sekian banyak izin, yang paling sulit untuk didapatkan adalah sertifikat organik. Sulit karena harus menerapkan ke penderes yang sudah terbiasa dengan bahan kimia. Dengan memiliki sertifikat organik, gula yang diproduksi sudah dijamin tanpa bahan kimia saat proses produksi. Tanah tempat tumbuh pohon kelapa juga bebas pestisida.

Perjuangan Koperasi Nira Kamukten dalam kegiatan sosial ini mendapatkan penghargaan dari British Council sebagai juara 1 kategori start-up dalam ajang Community Entrepreneurs Challenge (CEC) Wave 4 pada tahun 2014. Nira Kamukten berhasil mengalahkan 6 pesaing lainnya pada kategori tersebut. 


Menghadapi Pengepul Hingga Dihantam Pandemi

Koperasi Nira Kamukten
Proses Penyortiran Gula Tetap Dilakukan Meski Dihantam Pandemi (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Sebelum Nira Kamukten ada, pasar gula cetak di Desa Gumelem Wetan dikuasai oleh pengepul. Lahirnya koperasi ini membuat para pengepul geram. Mereka tidak suka 'wilayahnya' diusik. Bertahun-tahun para pengurus harus berhadapan dengan tengkulak. 

Memberi pengertian ke pengepul sama dengan mengedukasi para penyadap nira. Tidak mudah, butuh kesabaran dan ketekunan. Tahun 2015 para pengepul ini baru betul-betul memahami pergerakan koperasi dengan tujuan mulianya. Membutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk berdamai dengan tengkulak. Ini adalah cobaan terbesar Mas Icus sebagai ketua koperasi pada lima tahun pertama Nira Kamukten berjalan.

Pada lima tahun kedua, pria kelahiran 1987 ini mendapatkan ujian berbeda. Kali ini lebih berat dan sangat menguras emosi. Saat ekspor gula semut sedang gencar dilakukan, pandemi datang menghantam. Awal 2020 Covid-19 mulai masuk ke Indonesia. Sepanjang tahun itu penjualan gula semut ke luar negeri sedang berada di puncaknya. 

Produksi gula semut di koperasi ini per bulan berkisar antara 25-30 ton. Jika musimnya sedang bagus, dapat mencapai 45 ton per bulan. Tahun 2020, jumlah tersebut dapat diekspor semua setiap bulannya. Lalu, satu tahun pasca pandemi, tepatnya tahun 2021, penjualan lesu. Bukan karena kurangnya permintaan dari luar negeri, namun karena mahalnya harga kapal dan timbulnya biaya-biaya tambahan yang cukup banyak, seperti biaya karantina.

Akhir 2021, selama 6 bulan, koperasi tidak dapat mengekspor gula semut sama sekali. Kendalanya seperti yang disebutkan di atas. Saat itu, yang masih laku terjual adalah gula cetak karena pangsa pasarnya dalam negeri. Mas Icus dan pengurus lainnya kemudian memberi tahu ke penderes bahwa koperasi sedang tidak bisa membayar gula semut yang mereka buat. Maka diminta lah untuk sementara beralih ke gula cetak. Jawaban penderes saat itu "Yang penting masih ada koperasi, saya tetap bikin gula semut."

Koperasi Nira Kamukten
Ruang Administrasi Koperasi Nira Kamukten (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Mau tidak mau, koperasi tetap menerima gula yang disetorkan oleh penderes. Namun, Mas Icus tidak dapat memberikan janji kapan gula akan dibayar. Penderes menjawab santai "Tidak apa-apa", seolah mereka mampu menunggu dalam waktu yang lama. Baru satu minggu berlalu, setiap bertemu dengan Mas Icus mereka menanyakan kapan gula akan dibayar. Pria 35 tahun itu tidak pernah berhenti mendapat telepon dari petani gula. Tak sampai di situ, ketika di jalan ia juga sering dihadang penderes yang menanyakan uang mereka.

Meski pusing tujuh keliling, Mas Icus tetap berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi hak para penyadap nira. Ia pun mencari pinjaman ke teman-temannya. Total hampir 500 juta uang yang dipinjam untuk membayar gula semut. Kini, perlahan kegiatan ekspor mulai pulih. Dalam satu bulan Koperasi Nira Kamukten sudah mulai mengekspor 15 ton gula semut. Pasar lokal seperti Yogyakarta dan Semarang dimasuki, meski tidak banyak. Hutang ke teman-teman Mas Icus juga sudah dilunasi. 

Selama 6 bulan Mas Icus dan pengurus lainnya berada dalam kalut. Belajar mengelola emosi agar tidak tersulut. Terus memupuk semangat agar tak kusut. Menjaga kepercayaan anggota agar tak luput. Dan berjuang atas nama tanggung jawab agar koperasi tidak bangkrut.


Dari Nira untuk Kesejahteraan Anggota

Koperasi Nira Kamukten
Toko Nira Kamukten (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Setiap penderes yang bergabung dengan Koperasi Nira Kamukten wajib menyetorkan minimal 80 kg gula semut per bulan. Menjadi anggota koperasi artinya penderes akan mendapatkan jaminan harga yang stabil. Oleh koperasi, gula semut dari perajin dihargai Rp17.000 per kilogram. Penderes juga memiliki tabungan di koperasi yang diambil dari sebagian penghasilan gula. 

Dalam perjalanannya, koperasi turut serta merenovasi dapur anggotanya menjadi dapur bersih. Tidak sembarang barang bisa masuk ke dapur pembuatan gula semut. Ini merupakan salah satu hal yang wajib dipenuhi untuk dapat menghasilkan produk dengan kualitas terbaik.

Koperasi Nira Kamukten selalu memikirkan kesejahteraan anggotanya bukan hanya untuk saat itu, tapi dalam jangka panjang. Oleh karenanya, koperasi ini memiliki program Jaminan Hari Tua, yang hampir sama dengan pensiunan. Koperasi juga memiliki Asuransi Komunitas dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS sangat bermanfaat mengingat risiko penyadap nira cukup besar saat berada di atas pohon kelapa. Lalu, setiap satu tahun sekali, pada saat Rapat Anggota Tahunan (RAT), anggota Nira Kamukten akan mendapatkan uang Selisih Hasil Usaha (SHU). Koperasi juga memfasilitasi pinjaman KUR yang bekerja sama dengan Bank BRI dan BNI.

Dulu, kantor Koperasi Nira Kamukten berada di sebuah bangunan sederhana dengan luas sekitar 90 meter persegi. Kantornya pun bukan milik sendiri, masih sewa. Di kantor ini dilaksanakan kegiatan administrasi dan internal control system gula semut yang masuk ke koperasi.

Pada Februari 2020, koperasi berhasil mewujudkan salah satu impian bersama untuk memiliki kantor sendiri, yang lebih luas, bagus, dan lokasinya strategis. Kantor Nira Kamukten sekarang berdiri di lahan seluas 700 meter persegi. Bukan hanya kantor dan ruang penyortiran saja yang ada di sini, koperasi juga membangun sebuah toko.

Koperasi Nira Kamukten
Toko Nira Kamukten Menjual Kebutuhan Pokok (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Toko ini bukan semata-mata untuk menjual gula semut eceran. Lebih dari itu, Toko Nira Kamukten menyediakan kebutuhan pokok para anggota seperti minyak, kopi, mi instan, sabun, dan masih banyak lagi. Dengan berbelanja di koperasi, ekosistem keuangan akan kembali ke anggota. Ini sekaligus bukti bahwa kehidupan penderes dapat selangkah lebih maju. Toko ini adalah salah satu simbol kebanggaan seluruh anggota koperasi.

Mas Iwan salah satu anggota yang saya temui mengatakan bahwa beliau bergabung ke Koperasi Nira Kamukten tahun 2016. Seperti penderes lainnya, Mas Iwan dulu juga membuat gula cetak. Ia pada akhirnya memilih beralih ke gula semut karena harganya lebih mahal dan bisa ikut menabung. Pria yang tinggal di Desa Gumelem Kulon ini mengatakan bahwa sekarang kondisi ekonomi keluarganya lebih stabil karena harga gula di koperasi juga stabil. Ia juga bersyukur setiap tahun menerima manfaat SHU sehingga dapat membantu ekonomi keluarga. Mas Iwan berharap Koperasi Nira Kamukten makin maju dan jaya.


Impian untuk Digitalisasi Tabungan Sampai Pembuatan Pupuk Cair Organik

Koperasi Nira Kamukten
Gula Semut Kemasan Eceran (Foto: Dokumentasi Pribadi)

9 tahun berjalan Koperasi Nira Kamukten telah mencapai banyak hal. Jatuh bangun adalah hal biasa dalam sebuah usaha. Mereka tak lantas berpuas diri dan mencukupi mimpi sampai di sini. Bukankah sejatinya manusia yang ingin maju harus terus memupuk mimpi? 

Ketika ditanya perihal impian Koperasi Nira Kamukten ke depannya, Mas Icus menjawab ingin memiliki sistem digitalisasi tabungan anggota. Sistem ini layaknya aplikasi keuangan milik bank. Dengan memasukkan username dan kata sandi, anggota dapat melihat jumlah tabungannya saat itu. Anggota juga dapat mengecek berapa uang yang masuk ke tabungan saat mereka menyetorkan gula semut.

Selain tabungan digital, koperasi juga berharap dapat membuat pupuk cair organik. Pupuk cair dinilai lebih praktis dan memudahkan petani. Selama ini, pupuk organik masih mengandalkan kotoran kambing. 

Impian-impian lain yang ingin diwujudkan oleh Koperasi Nira Kamukten adalah membangun lantai 2 untuk ruang administrasi dan tempat penyortiran. Lalu, mereka berharap dapat segera menciptakan manajemen Toko Nira Kamukten.

Untuk hasrat pribadi, Mas Icus berharap ada regenerasi. "Kita tidak akan pernah tahu dunia usaha 5 tahun ke depan. Apakah saya masih bisa mengikuti? Atau yang muda lebih paham? Makanya harus ada regenerasi", ucapnya.

Hampir satu dekade Koperasi Nira Kamukten tetap berdiri untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki. Berjuang di tengah ekosistem bisnis yang sangat dinamis. Dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif. Saling menguatkan, dalam segala cobaan. Semata-mata demi meraup rezeki melalui semangat #AyoBerkoperasi.




***

Sumber:
Wawancara pribadi dengan Mas Susanto, Ketua Koperasi Nira Kamukten.

Koperasi Nira Kamukten, Gula Semut Organik: Strategi Produksi Gula Kelapa untuk Kesejahteraan Penderes, http://nirakamukten.blogspot.com/2014/11/blog-post.html#more

Kementerian Perindustrian, Naik 27 Persen, Ekspor Gula Semut Nasional Lampaui USD 48 Ribu, https://www.kemenperin.go.id/artikel/19197/Naik-27-Persen,-Ekspor-Gula-Semut-Nasional-Lampaui-USD-48-Ribu

https://www.britishcouncil.id/sites/default/files/cec_iv_profile_participant_short_version_english_ch_final.pdf

Posting Komentar

20 Komentar

  1. Jadi ingat mbak Evi, rekan blogger kita. Dulu pernah ngadain lomba blog persahabatan dg hadiah gila semut produksi usaha beliau. Itulah pertama kali aku tau gula semut seperti apa 👍

    BalasHapus
  2. Kehadiran Koperasi Nira Kamukten berdampak besar bagi UMKM ya mba. Saya masih ingat betapa koperasi menyelamatkan Indonesia dari krisis 97. Semoga dengan terus menggiatnya UMKM, Indonesia terus maju di tengah krisis ekonomi dunia.

    BalasHapus
  3. Gula semut ini semakin langka lho. Di daerah saya Cianjur sudah berkurang drastis pengolah gila semut karena pohon nira sendiri sudah banyak ditebang. Punya saya di kebun pun sekarang nira tidak produktif lagi... Sedih juga ..

    BalasHapus
  4. udah lama banget ga liat ada koperasi, padahal koperasi ini berasaskan pancasila dan demokrasi agar kita bisa sejahtera bersama ya Mba, semoga koperasi bisa jadi booster untuk percepatan pertumbuhan ekonomi di desa ya

    BalasHapus
  5. Perkembangan gula semut memang meningkat ya, apalagi jaman sekarang sudah familiar disetiap warkop disuguhkan gula semut ini. Ikutan bangga dan bahagia juga dengan perkembangan Koperasi Nira ini, makin sukses semoga meningkat kembali UMKM Indonesia ya.

    BalasHapus
  6. Di Buton ada gula kelapa aka coconut sugar, tapi jajanan kelapa yang dikasih gula merah sih :D
    Dengan koperasi, UMKM jadi lebih bisa maju ya, membantu banget buat UMKM yang sedang berjuang bangkit kembali selepas pandemi

    BalasHapus
  7. ikut bangga dengan kiprah koperasi nira kamukten ini mbak. Sekarang gula semut banyak dijual bebas ya, sering saya menjumpai saat jamuan ada kemasan gula semut yang ditata didalam wadah. Senoga dengan adanya koperasi nira kamukten ini UMKM jadi lebih maju.

    BalasHapus
  8. Selalu semangat bila membaca tulisan yg menginspirasi seperti ini. Trmksh mba.. Sbg seseorang yg pernah bertugas membina koperasi, sangat bangga dg pencapaian koperasi Nira Kamukten ini. semoga sukses sealu..

    BalasHapus
  9. Senang banget bisa mendengar kata Koperasi mbak. Dulu di daerah saya Koperasi ini sebagai sarana untuk mengembangkan perekonomian masyarakat. Apalagi melihat pencapaian Nira Kakmuten ini luar biasa berkembang.

    BalasHapus
  10. Semoga impian mewujudkan Koperasi Nira Kamukten bisa menggunakan apps digital bisa terwujud yaa..

    Salut dengan usaha mas Icus dalam membangun dan membesarkan Koperasi Nira Kamukten. Sampai pinjam modal dan bisa mengembalikannya, mashaAllah~

    Inovasi tiada henti dan komitmen yang kuat untuk terus mengembangkan produk-produk yang ada dari petani lokal sekitar Koperasi Nira Kamukten.

    BalasHapus
  11. MashaAllah merinding baca kisahnya koperasi Nira Kamukten yang punya manfaat untuk para UMKM apalagi setelah terdampak pandemi. Semoga koperasinya makin lancar dan maju dengan digitalisasi. Amin

    BalasHapus
  12. Ikutan bangga, di jaman now, tetap eksis satu koperasi bahkan aktif meski sempat diuji pandemi panjang.
    Sukses terus koperasinya.

    BalasHapus
  13. Pasti gak mudah buat pengepul mengubah gula cetak ke gula semut. Udah terbiasa dan nyaman dengan buatan jadul sih. Tapi kan harus ada pengembangan juga ya apalagi gula serbuk banyak peminatnya. Alhamdulillah akhirnya sekarang udah lancar ya

    BalasHapus
  14. luar biasa banget nih mba koperasi ini.. banyak inovasi dan upaya ekstra yang dilakukan ya. Semoga makin berkembang ke depannya

    BalasHapus
  15. Kalau baca artikel ini, salut banget dengan keteguhan Mas Icus untuk menjaga para penderes nira selalu mendapatkan haknya dengan baik. Sampai harus hutang segala gitu yaaa... kebayang deh bagaimana kalutnya ketika hantaman ekonomi melanda saat tinggi-tingginya kasus Covid-19 itu.

    BalasHapus
  16. Besar sekali manfaat yang didapatkan dengan adanya koperasi Nira Kamukten ini ya. Para pelaku UMKM pun jadi banyak yang terbantu. Kalau gak baca diri sini, saya malah gak tahu tentang gula semut yang rupanya sudah dikenal di pasar ekspor tersebut.

    BalasHapus
  17. Alhamdulillah ada koperasi sehingga penderes bisa mendapatkan harga layak dan stabil ya mbak. tapi kyknya emang gak mudah edukasinya ya, soalnya kan penderes dituntut sabar dulu mencapai target baru bisa menjual.Semoga keberadaan koperasi ini makin membuat masyarakat terutama yang bertani nira juga penjualnya makin sejahtera yaa.

    BalasHapus
  18. membaca tentang koperasi yang gigih dalam memberikan layanan terbaik kepada masyarakat terutama para pengusaha kecil dan menengah ini sangat mengharukan ya. Sekarang jarang banget orang menggunakan koperasi, lho. jadi semangat yaa koperasi nira kemukten. terutama untuk mas Icus yang mengelola koperasi dan menjaga penderes nira.

    BalasHapus
  19. Koperasi ini mmg pantas disebut sbg penggerak ekonomi kecil di Indonesia. Banyak bgt orang yg terbantu dg sistem koperasi yg pro dan loyal pada anggotanya

    BalasHapus
  20. Masyaallah, memang UMKM harus disupport ya, karena mereka itu pilar perekonomian Indonesia. Semoga koperasi nira kemukten, sehat selalu mas ICus

    BalasHapus
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)