Membangun bisnis dari nol dengan modal sangat minim, belum memiliki relasi, dan hanya mengandalkan tekad serta kreativitas, tentu saja cukup sulit. Hal tersebut dialami oleh Sukarno Batik, salah satu perajin Batik Gumelem.
Mulyatno bersama istrinya, Liana, dulu bekerja membantu orang tua di Batik Mirah. Pada 2018 keduanya memutuskan untuk membuka usaha dengan merek Sukarno Batik. Sejak memutuskan untuk mandiri, Eno, sapaan akrabnya, langsung berdiri di kaki sendiri. Ia ingin memiliki karya yang diakui, tapi bukan karena nama besar orang tuanya.
Perjuangan Eno dan Liana sampai berdarah-darah. Minimnya modal membuat mereka harus putar otak membuat peralatan dengan memanfaatkan barang-barang bekas. Liana juga pernah menerima penolakan dengan kata-kata yang kurang mengenakkan ketika sedang mempromosikan batik buatannya. Hampir setiap malam tangis Liana pecah membersamai perjuangan suaminya membangun usaha.
Meski banyak jalan terjal bebatuan yang harus dilewati, Eno dan Liana tidak menyerah. Sampai pada akhirnya mereka bertemu dengan banyak orang baik, termasuk Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang membantu Sukarno Batik merangkak naik.
Modal 15 Lembar Kain, Kini Raih Omset Puluhan Juta
Eno dan Liana memilih jalan mandiri tanpa melibatkan orang tua dalam permodalan. Karena tidak memiliki tabungan, keduanya memutuskan untuk menjual mas kawin. Uang Rp4 juta yang terkumpul kemudian dipakai untuk membeli bahan baku 15 lembar kain mori, malam, pewarna, dan bahan-bahan lain.
Sukarno Batik bahkan pada saat awal usaha belum mampu membeli canting cap berbahan tembaga karena harganya mahal. "Canting cap yang tembaga dulu harga satuannya Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Jadi tidak mungkin beli. Uang segitu mending buat beli kain. Akhirnya diakali pakai busa mobil. Tangan Mas Eno sampai berdarah-darah karena susah motongnya," kenang Liana dengan mata berkaca-kaca.
Eno sedang nyolet kain batik.
Foto: dokumentasi Sukarno Batik
Dengan segala kreativitasnya, Eno membuat canting cap sendiri memanfaatkan busa mobil bekas. Busa dipotong membentuk motif yang diinginkan, lalu ditempel di kayu menggunakan lem korea. Untuk pegangan cantingnya, Eno membeli gagang tarikan laci di toko bangunan. Gagang tarikan laci dipilih karena harganya murah.
Motif batik yang dibuat Eno pertama kali bukan motif klasik, tapi motif kontemporer berkaitan dengan potensi lokal Banjarnegara seperti dawet ayu, candi arjuna, dan kopi. Hasilnya memang agak beda dengan canting dari tembaga. Tapi justru ini yang menjadi keunikan dan menarik minat beli konsumen.
Hasil kain batik menggunakan busa mobil.
Foto: dokumentasi Sukarno Batik
Apresiasi dari dinas menjadi pemicu semangat usaha yang berlamat di Desa Panerusan Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara ini untuk terus mengembangkan motif-motif lain dan berani menawarkan ke beberapa instansi. Dari awalnya berdua saja, mereka lalu merekrut satu karyawan. Sekarang Sukarno Batik sudah memiliki 6 orang karyawan tetap dan 6 orang karyawan panggilan.
Sukarno Batik memulai usaha dengan 15 lembar kain mori, kini penjualan mereka per bulan mencapai 200 lembar kain batik dengan omset sekitar 30 juta rupiah. Produk Sukarno Batik kini juga telah merambah pasar nasional dan internasional melalui berbagai pameran.
Keberhasilan Sukarno Batik berada di titik sekarang tidak lepas dari peran BRI dalam memberikan bantuan permodalan serta fasilitasi pemasaran.
Dari Nasabah hingga Ikut Program Pemberdayaan BRI
Ketika usaha sudah berjalan, Sukarno Batik tentu membutuhkan lembaga perbankan untuk menyimpan hasil penjualan dan melakukan transaksi pembayaran bahan baku. Eno dan Liana memutuskan untuk memakai jasa BRI.
BRI dipilih karena menjangkau ke seluruh pelosok desa. Setiap kecamatan memiliki kantor cabang dan hampir setiap desa memiliki Agen BRILink. Berdasarkan Laporan Tahunan 2023, BRI melayani nasabah melalui 7.764 unit kerja dan 740.818 Agen BRILink.
Kebetulan jarak Sukarno Batik dengan pusat kota Banjarnegara sekitar 40 km, sehingga dengan adanya unit BRI di Kecamatan Susukan memudahkan Eno dan Liana untuk mengurus segala keperluan perbankan. Contohnya, Eno selalu menggunakan BRImo untuk keperluan membayar belanja bahan baku. Nah, saat aplikasi BRImo yang Eno miliki terjadi gangguan, ia cukup datang ke kantor unit yang ada di kecamatan. Tanpa perlu jauh-jauh pergi ke kota.
Selain dekat dengan masyarakat, BRI juga berkomitmen untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial salah satunya melalui pemberdayaan UMKM & UMi. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan BRI antara lain dengan adanya pinjaman suku bunga rendah, memberikan pelatihan, serta fasilitasi pemasaran.
Sukarno Batik mengikuti bazar bersama BRI.
Foto: dokumentasi Sukarno Batik.
Pada 2022, Sukarno Batik mendapatkan kesempatan untuk mengikuti fasilitasi pemasaran berupa bazar dari BRI Unit Banjarnegara. Bazar dilaksanakan di Alun-alun Banjarnegara. Tujuan bazar adalah memberikan kesempatan bagi UMKM untuk mengembangkan bisnis, serta meningkatkan ekosistem transaksi di segmen bisnis mikro. Stand Sukarno Batik saat itu menjadi stand yang paling ramai dikunjungi dan paling laris produknya dibeli pengunjung.
Melihat potensi berkembang yang dimiliki oleh Sukarno Batik, pihak BRI memberikan kesempatan kepada Liana untuk mengikuti program Figur Inspiratif Lokal (FIL) yang merupakan program inkubasi BRI. Liana mengikuti FIL batch 10 yang dilaksanakan pada 2023. FIL bertujuan untuk menjaring tokoh pemberdayaan masyarakat lokal yang dapat berkolaborasi dengan Mantri BRI untuk pengembangan bisnis BRI.
Sertifikat keikutsertaan Figur Inspiratif Lokal.
Foto: dokumentasi Sukarno Batik.
Pada 2023 FIL berhasil tumbuh 51,19 persen, atau dari 588 figur tahun 2022 menjadi 889 figur tahun 2023. Figur inspiratif lokal diberdayakan melalui pelatihan dan sertifikasi yang bekerja sama dengan pusat inkubasi bisnis atau universitas. Pada program ini, Liana belajar mengenai communication skills, personal branding, sociopreneur, serta program kredit dari BRI bagi UMKM.
Agar usaha dapat naik kelas dan makin eksis, sejatinya UMKM memang membutuhkan dana tambahan seperti pinjaman dari bank dengan suku bunga rendah.
Pinjaman Modal Bikin Usaha Makin Eksis
Usaha batik sebetulnya membutuhkan modal yang cukup besar untuk perputaran. Apalagi bagi Sukarno Batik yang memiliki sistem konsinyasi di beberapa toko. Apabila tidak memiliki modal besar, bisa-bisa usahanya jalan di tempat.
Liana beruntung karena setelah mengikuti bazar, pihak BRI lalu menawarkan pinjaman suku bunga rendah melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR merupakan pembiayaan bagi pelaku usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup (unbankable).
Liana memegang aplikasi BRImo.
Foto: dokumentasi Sovi.
Pinjaman sebesar 50 juta dimanfaatkan oleh Eno dan Liana untuk membeli peralatan penunjang usaha seperti etalase, meja untuk cap, meja untuk gambar desain, dan canting tembaga. Selain itu, uang yang didapat juga digunakan untuk membeli bahan seperti kain, malam, dan pewarna kain.
"Saya pinjam ke BRI semua benar-benar dialihkan untuk modal usaha. Tidak ada yang dipakai untuk kebutuhan pribadi," ucap Liana.
Pinjaman dari BRI sangat membantu usaha Sukarno Batik makin eksis. "Pinjamannya tentu sangat membantu. Saya bisa seperti ini, punya modal kain gulungan gini dari mana kalau bukan pinjam BRI?" imbuh Liana.
Liana juga bersyukur karena berkat bantuan modal serta ilmu yang diberikan oleh BRI, ia dapat memberdayakan para tetangga sehingga mereka dapat bekerja dari rumah dan memiliki penghasilan.
Dilansir dari laman BRI, sejak Januari hingga Mei 2024 BRI telah menyalurkan pembiayaan KUR sebesar Rp76,4 triliun kepada 1,5 juta debitur. Layanan KUR memiliki 3 jenis yaitu KUR Super Mikro, KUR Mikro, dan KUR Kecil. Perbedaan ketiganya seperti pada keterangan gambar di bawah ini.
Sumber: YouTube IBISMA UII
Apabila usaha sudah seperti Sukarno Batik yang berada pada skala kecil, pasti akan sangat mudah mendapatkan pembiayaan > Rp10 juta. Bagaimana dengan para perajin batik skala rumah tangga atau ultra mikro (UMi) yang tidak memiliki agunan? Tenang saja karena BRI menyediakan KUR Super Mikro bagi pelaku usaha UMi.
BRI Berdayakan Perajin Batik UMi Melalui KUR Super Mikro
Perajin Batik Gumelem sedang membatik di samping rumah.
Foto: dokumentasi Sovi.
Para perajin Batik Gumelem di Kecamatan Susukan, Kabupaten Banjarnegara, umumnya adalah para ibu rumah tangga. Mereka membuat batik di teras atau samping rumah untuk menambah penghasilan. Sayangnya keterbatasan modal membuat alat batik yang digunakan belum ada peningkatan. Misalnya, untuk membeli canting cap yang harga satuannya lebih dari Rp500 ribu mereka tidak mampu. Atau sekadar untuk membeli bahan baku mereka sering kehabisan modal.
Hal tersebut bukan hanya dialami oleh perajin batik. Banyak pelaku usaha skala rumah tangga di kategori usaha yang berbeda juga mengalami hal serupa. Keadaan ini mendorong BRI bersama Pegadaian dan PNM pada 2021 membentuk Holding Ultra Mikro. Tujuannya agar pelaku usaha skala rumah tangga dapat mengakses permodalan dan membuat UMi makin tangguh secara keuangan.
Para ibu rumah tangga yang menjalankan usaha produktif dan tidak memiliki kelompok usaha dapat mengajukan KUR Super Mikro ke BRI. Pinjaman ultra mikro ini maksimal Rp10 juta dengan suku bunga 3 persen efektif per tahun. Pengajuan kredit UMi tanpa agunan dan dapat dilakukan di Agen BRILink, kantor BRI, atau melalui aplikasi SenyuM (Sentra Layanan Ultra Mikro).
Menurut Rosa, Mantri BRI Unit Susukan, beberapa perajin Batik Gumelem sepanjang 2022-2024 mengajukan KUR Super Mikro baik individu melalui BRI maupun secara kelompok melalui PNM Mekaar. Perajin mengajukan kredit dengan tujuan untuk menambah peralatan membatik. Ada pula yang digunakan untuk membeli bahan baku.
Desain by: Sovi.
Per tahun 2023 BRI telah berhasil menyalurkan pinjaman dengan outstanding Rp496,69 triliun kepada 14 juta debitur. Lalu, PNM dengan pembiayaan kelompok melalui Mekaar menyalurkan Rp42 triliun kepada 15,1 juta debitur. Sedangkan Pegadaian yang fokus pada gadai telah mencapai total outstanding Rp67,6 triliun kepada 7,7 juta debitur. Selama 2 tahun berkiprah Holding Ultra Mikro telah melayani 37 juta nasabah UMKM dan tumbuh 4,68 persen secara year-on-year (YoY).
BRI bekerja sama dengan pemerintah maupun pinak ketiga terus melakukan pemberdayaan nasabah ultra mikro untuk peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Bagi para perajin batik yang belum memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB) maka dibantu buatkan. Per Desember 2023 BRI telah membantu pembuatan NIB sebanyak 893.248.
Selain itu, untuk meningkatkan inklusi keuangan, BRI juga memfasilitasi pembukaan rekening Simpedes UMi bagi pelaku usaha ultra mikro. Khususnya bagi eksisting PNM dan Pegadaian yang belum memiliki rekening simpanan di BRI. Per Desember 2023 jumlah pembukaan rekening Simpedes UMi telah mencapai 13,5 juta nasabah.
Rekening Simpedes UMi cocok bagi UMKM karena memiliki beberapa keunggulan yaitu:
- Tidak ada saldo minumum yang mengendap;
- Setoran awal Rp0;
- Kartu ATM diperoleh secara gratis;
- Penutupan rekening gratis;
- Tidak dikenakan administrasi bulanan;
- Pembukaan rekening dapat melalui aplikasi SenyuM Mobile; dan
- Dapat terkoneksi dengan BRImo.
Berbagai kemudahan akses permodalan yang ditawarkan BRI membuat para pelaku UMKM dan UMi, khususnya perajin Batik Gumelem, dapat tumbuh dan makin berdaya saing.
***
Referensi
1. Wawancara pribadi dengan Liana (Pemilik Sukarno Batik) dan Rosa (Mantri BRI Unit Susukan).
3. Melaju Kencang, BRI Salurkan KUR Senilai Rp76,4 triliun Kepada 1,5 Juta Pelaku UMKM Hingga Mei 2024
0 Komentar