Enam belas tahun lalu, tepatnya tanggal 21 Februari 2005, dunia digemparkan dengan berita longsornya TPA Leuwigajah di Cimahi, Jawa Barat. Longsoran sampah setinggi 70 meter terjadi pukul 02.00 dini hari waktu setempat, diawali dengan ledakan gas metana. Akibatnya, 139 rumah serta 8 hektar kebun dan lahan pertanian tertimbun sampah. Lebih dari 140 orang dilaporkan meninggal dunia. Sistem pengelolaan sampah yang buruk menjadi salah satu penyebab terjadinya bencana ini. Sampah dibuang dan ditumpuk begitu saja tanpa ada pengelolaan lanjutan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadikan 21 Februari sebagai peringatan Hari Peduli Sampah Nasional. Tujuannya agar masyarakat selalu ingat bahwa sekecil apapun sampah yang dihasilkan akan berdampak pada lingkungan, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sebenarnya, berapa jumlah produksi sampah di Indonesia setiap harinya? KLHK mencatat pada tahun 2020 total produksi sampah nasional sebanyak 67,8 juta ton, atau setara dengan 185 ribu ton per hari. Sebanyak apa sampah 185 ribu ton? Tinggi dan luasnya tiga kali lipat dari Stadion Gelora Bung Karno. Itu baru per hari. Bagaimana jika per bulan, atau per tahun? Mirisnya lagi, 70 persen sampah dibuang begitu saja ke TPA.
Pemerintah melalui Perpres No. 97 tahun 2017 telah membuat Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) mengenai penanganan sampah rumah tangga meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemroresan akhir. Targetnya pada tahun 2025 terjadi pengurangan sampah sebesar 30 persen dan pengolahan sampah mencapai 70 persen.
Sebagai salah satu 'produsen' sampah, kita harus bertanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkan. Karena sampahku adalah tanggung jawabku. Untuk dapat mengelolanya dengan baik, perlu diketahui jenis sampah yang dihasilkan sehari-hari.
Jenis Sampah Rumah Tangga
Sampah rumah tangga atau yang berasal dari kegiatan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
Sampah organik. Berasal dari makhluk hidup dan mudah membusuk atau terurai secara alami. Contohnya sisa makanan, daun, buah, dan bangkai hewan.
Sampah anorganik. Karakteristik sampah anorganik adalah sulit terurai. Namun, sampah ini dapat didaur ulang, seperti botol kaca, plastik, kertas, dan kaleng.
Sampah B3. Berasal dari bahan berbahaya dan beracun, seperti baterai bekas, pestisida, obat-obatan, pewarna tekstil, dan limbah rumah sakit.
Sampah residu. Merupakan sampah yang sangat sulit didaur ulang karena keterbatasan teknologi, seperti putung rokok, pembalut/popok sekali pakai, styrofoam, dan tisu basah.
Dampak Sampah jika Tidak dikelola dengan Baik
Kurangnya kesadaran masyarakat pada pengelolaan sampah pasca konsumsi dapat menimbulkan dampak pada kesehatan, lingkungan, serta ekonomi.
Dampak Kesehatan. Tumpukan sampah dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan, seperti diare, tifus, kolera, infeksi jamur pada kulit, atau infeksi cacing pita akibat mengonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh telur/larva dari cacing tersebut.
Dampak Lingkungan. Sampah mengandung zat berbahaya yang dapat meresap ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan rusaknya ekosistem dan penurunan kualitas air. Selain itu, timbunan sampah jika tercampur dengan air akan menghasilkan gas metana yang 20 kali lipat lebih berbahaya dari karbon dioksida. Metana dapat menyebabkan pemanasan global dan dalam konsentrasi tertentu bisa meledak. Seperti yang terjadi di TPA Leuwigajah.
Dampak Ekonomi. Karena timbul berbagai penyakit, maka biaya kesehatan pun meningkat. Pembuangan sampah ke sungai akan mengakibatkan banjir yang merusak rumah serta fasilitas umum. Tentu butuh banyak biaya untuk memperbaikinya. Bau yang ditimbulkan dari penumpukan sampah dan air yang tercemar juga mengganggu kehidupan sehari-hari. Apalagi jika terjadi di lokasi wisata. Pengelolaan sampah yang buruk berdampak pada penurunan angka kunjungan wisatawan karena merasa tidak nyaman.
Kelola Sampah Dari Rumah
Mengelola sampah dari rumah dapat dimulai dengan cara sederhana yaitu memilahnya. Sampah yang dipilah dari sumbernya akan memudahkan dalam proses daur ulang. Berikut lima cara mengelola sampah dari rumah.
Kenali Lingkungan Sekitar
Apakah di lingkungan sekitar ada tempat daur ulang atau tidak? Misalnya bank sampah atau pemulung. Tanyakan kepada mereka jenis sampah yang diterima untuk didaur ulang.
Apakah di lingkungan sekitar ada tempat daur ulang atau tidak? Misalnya bank sampah atau pemulung. Tanyakan kepada mereka jenis sampah yang diterima untuk didaur ulang.
Amati Pola Konsumsi
Misalnya, untuk kebutuhan mandi dalam sebulan menghabiskan sabun atau sampo berapa botol? Beli kemasan sabun ukuran besar yang dapat digunakan untuk kurun waktu tersebut. Jangan beli sasetan karena sampah kemasan yang dihasilkan lebih banyak.
Atur Tempat Sampah
Buat minimal 2 tempat untuk memilah sampah organik dan anorganik. Bersihkan dan keringkan terlebih dahulu sampah anorganik sebelum dibuang ke tempatnya. Akan lebih baik jika membuat tempat sampah lebih dari 2, ditambah kategori B3 dan residu. Sampah B3 harus dimasukkan ke kantong terpisah dan beri label yang jelas untuk menjaga kesehatan operator pengangkutan sampah.
Terapkan 3R
Reduce (mengurangi). Kurangi produksi sampah dengan menggunakan kantong belanja bukan sekali pakai, membawa tempat makan/minum, tidak menyisakan makanan, menggunakan masker kain, mengurangi penggunaan pembalut/popok sekali pakai (bisa diganti dengan kain), dan mengamati pola konsumsi seperti yang disebutkan di atas.
Rause (menggunakan kembali). Gunakan kembali sampah yang aman, misalnya untuk membuat polybag, kerajinan, dan ecobrick. Sisa makanan dapat digunakan untuk pakan hewan piaraan seperti ikan dan ayam.
Recycle (mendaur ulang). Dengan cara mencacah, meleburkan, atau melelehkan untuk menjadi produk baru. Dalam proses ini, dibutuhkan teknologi khusus daur ulang. Sampah anorganik dapat disalurkan ke Waste Management Indonesia untuk didaur ulang. Sedangkan sampah organik dapat diolah sendiri menjadi kompos.
Salurkan Sampah ke Pihak yang Tepat
Kita sudah memilah sampah dari rumah, namun akan sia-sia jika tidak disalurkan ke pihak yang tepat. Agar sampah anorganik bukan hanya berpindah tempat, maka dapat disalurkan ke bank sampah di desa atau ke Waste4Change. Untuk saat ini Waste4Change belum menerima sampah jenis organik, elektronik, medis, dan B3.
Sebagai lembaga sosial dengan misi mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA, Waste4Change mempunyai program bernama Send Your Waste. Melalui program ini kita dapat memastikan sampah anorganik didaur ulang secara optimal dan bertanggung jawab. Apakah program ini berbayar? Gratis, dong. Kita hanya menanggung biaya pengiriman sampah dari rumah ke lokasi daur ulang. Sampah yang didaur ulang antara lain kertas, kemasan saset, plastik, kaca, metal, dan kemasan bekas brand yang menjadi mitra program ini.
Selain itu, ada juga layanan Personal Waste Management yang akan mengangkut sampah anorganik langsung dari rumah klien. Keuntungan berlangganan layanan ini adalah sampah rumah tangga diangkut setiap minggu dalam kondisi terpilah, mendapatkan 2 recycled trash bag, menerima laporan timbulan sampah yang dihasilkan, dan panduan memilah sampah.
Dengan mendaur ulang sampah melalui Waste4Change, kita telah berkontribusi untuk memperpanjang usia hidup material, meningkatkan daur ulang di Indonesia, dan mengurangi timbulan sampah yang berakhir di TPA.
Yuk, bijak kelola sampah dari rumah!
***
"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021. Penulis: Sovi Nur Wakhidah."
***
Infografis: Sovi Nur Wakhidah
Raw open source: Freepik
48 Komentar
Masalah sampah memang pelik, selain kesadaran membuang sampah pada tempatnya, juga diperlukan pemahaman dalam memilah sampah. Sebenarnya sudah banyak tempat sampah yang dipilah sesuai karakternya, tapi yang buang masih suka asal-asalan.
BalasHapusBetul, Mbak. Seringnya orang nggak baca dulu itu tempat sampah untuk sampah jenis apa. Yang penting udah buang sampah pada tempatnya. :(
HapusSemogaaaaa masyarakat Indonesia kian tersadarkan soal urgensi kelola sampah dari rumah, ya.
BalasHapusGimanapun juga, masalah sampah ini kerap bikin puyeeng
Aamiin, Mbak. Anak-anak juga harus mulai diedukasi bukan cuma buang sampah pada tempatnya, tapi usahakan juga buat memilahnya.
HapusMnurutku memang benar sih harus sediakan dua tempat sampah. SOalnya pas biar bisa pisahkan mana yang organik dan mana yang tidak
BalasHapusSependapat, Mbak. Soalnya biar proses daur ulang bisa maksimal.
Hapusmemang harus dimulai dari diri sendiri ya mba.. aku pun mulai memilah-milah sampah juga di rumah. yang sampah organik lumayan bisa dijadikan pupuk.. :D
BalasHapusAlhamdulillah kalau Mbak Thya udah mulai memilah sampah. Semangat menularkan hal baik tersebut ke keluarga dan lingkungan sekitar, Mbak. :)
HapusDi perumahan mama aku, tong sampah dari komplek memang udh dikasih 3 gini dan diambil sama pengelola sampah komplek untuk dipila, sedangkan sampah organik dibuat pupuk.
BalasHapusYeeeyyy, alhamdulillah, Mbak Dessy. Pingin juga di desa aku bisa menerapkan hal tersebut.
HapusSekarang saya suka memilah sampah. Salah satunya dengan tidak membuang sampah sayur dan buah. Biasanya diolah lagi jadi pupuk
BalasHapusAsyiiiiikkk. Semangat, Mbak. Semoga istiqomah, yaa.
HapusMasalah sampah di Indonesia sudah memprihatinkan, harus ada perhatian khusus ya. Dengan memilah sampah semoga bisa mengurangi sampah yaa
BalasHapusAamiin. Iya nih, Mbak. Peran kita penting banget.
Hapusmemisahkan sampah dari rumah tapi kalau tidak di salurkan pada pihak yang tepat repot juga ya, sama saja dengan bohong...
BalasHapusDi tempatku misalnya, udah aku pisahin sampah organik dan anorganiknya, tapi begitu diambil sama pak tukang sampahnya semua di campur lagi jadi satu...
Betul, Mbak. Jadinya si sampah malah cuma pindah tempat. Makanya harus milih pihak pengelola sampah yang tepat.
Hapusseneng banget sama programnya waste4change yang personal waste management, di daerahku belum ada ni bank sampah yang mau jemput bola. padahal pasti akan membantu banget ibu ibu yang mobilitasnya terbatas atau yang punya bayi dan balita kaya aku buat setorin sampah....
BalasHapusNah. Bisa membantu itu Mbak dengan langganan Personal Waste Management.
HapusBarakallah waa hepi banget aku baca ini sekarang udah pada sadar akan berbahaya nya sampah. Program waste4change aku dukung!
BalasHapusYes, Mbak! Semoga semakin banyak yang sadar dan peduli.
Hapussedih yaa, Mba, masalah sampah ini masih menjadi persoalan besar yang nampaknya masih susah dicari penyelesaiannya. Semoga semakin hari masyarakat semakin sadar masalah sampah ini
BalasHapusAamiin, Mbak. Yuk, bareng-bareng bijak kelola sampah.
HapusProgram yang seru niih... waste4change.
BalasHapusKarena dari sini, kita bisa mengubah kebiasaan dalam membuang sampah, gak hanya di tempat sampah, tapi juga di tempat yang benar, juga kembali memanfaatkan sampah yang reusable.
Betul, Mbak. Karena membuang sampah di tempat sampah saja nggak berarti masalah sampah selesai. Hehe
HapusNah aku suka memilah sampah, tapi masalahnya pas truk sampah angkut dijadikan satu lagi. Jadi PR juga ya ini. Padahal di TPA sampah udah menggunung nih
BalasHapusHuhu itu juga yang dialami beberapa orang, Mbak. Makanya penting juga menyalurkan ke pihak yang tepat seperti bank sampah atau ke Waste4Change.
HapusYuk, semangat kelola sampah dari rumah karna manfaatnya banyak banget. Ini bener-bener mempermudah sortis sampai ke tempat pembuangan akhir. Kayaknya kalau semua sudah terbiasa untuk memilah sampah dari rumah pasti masalah persampahan di negeri ini akan semakin baik.
BalasHapusYuk, Mbak. Semangaaattt!
HapusAndai semua warga Indonesia seperti mbak. Pasti sampah di TPA bakal berkurang ya.
BalasHapusPelan-pelan pasti kita semua bisa Mbak menerapkan budaya baru ini soal sampah. :)
HapusWah keren nih sudah bisa mengolah sampah dari rumah. Aku masih sebatas mengurangi banyak sampah, pilih2 sampah yang bisa didaur ulang, dan memberikan sampah yang berguna pada pihak yang tepat. Kepengen deh bisa mengolah sampah sendiri dari sampah organik.
BalasHapusYang Mbak Nia lakukan juga udah keren! Cara mengolah sampah organik ada di website Waste4Change, Mbak. Bisa dicari, yaa. :)
Hapusaku selalu salut buat yang bisa mendaur ulang dan memilah sampah rumahan. kadang aku tuh masih sering lupa dan tercampur.. hikss..
BalasHapusHahaha semangat buat memulai kebiasaan baru, Mbak.
HapusKeren banget Mbaa, masya Allah. Aku sekarang tinggal di desa, dan masalah sampah di sini malah lebih kompleks. Nggak ada tempat sampah, yang ada hanya masing2 rumah punya tempat pembakaran sampah. Aduhai, hampir tiap hari kena asap yang selain sesak baunya juga nggak enak. Udah lama pengen bikin bank sampah, atau paling nggak bikin edukasi tentang pengolahan sampah. Semoga segera bisa terwujud.
BalasHapusWaduh, dibakar gitu malah bikin masalah baru yaitu polusi udara ya, Mbak. Nggak baik juga buat kesehatan. Hiks. Kalau mau edukasi tentang pengelolaan sampah bisa juga gandeng Waste4Change, Mbak. Mereka ada program itu.
Hapusiya mbak, kelola sampah dari rumah yang utama yaa, akrena sampai keluarga itu bisa dibilang sampah yang paling banyak, harus pinter memilih dan memilah sampah.
BalasHapusBetul, Bund. Sampah rumah tangga banyak banget nih jumlah produksinya.
HapusSemoga dengan gencarnya campaign memilah sampah, banyak orang yang akan memilah sampah, sehingga memudahkan para pekerja.
BalasHapusAamiin, Mbak. Ayo sebarkan campaign ini juga! Minimal ke keluarga dan teman dulu. :)
HapusAlhamdulillah di rumah kami sudah bedakan sampah plastik dan sampah selainnya sehingga tetap aman ketika bapak tukang sampah melewati rumah tanpa harus memilah lagi
BalasHapusAlhamdulillah. Semoga sampahnya juga disalurkan ke pihak yang tepat ya, Mbak Amma. :)
HapusSemoga kelak Indonesia bisa seperti negara-negara bersih lainnya di luar sana. Yang sudah terkendali masalah persampahannya, yang sungai maupun lautnya tidak tercemar..duhh kapan yaa
BalasHapusAamiin yaa rabbal'alamiin. Semoga segera, Mbak. Ayo kita bantu wujudkan mulai dari rumah masing-masing!
HapusKalau semua orang tanggungjawab dengan sampahnya maka dunia tidak akan menjerit terbebani sampah ya mba. Aku suka mengubur sampah basa sisa makanan, lumayan jadi tong sampah kering
BalasHapusIya, Mbak. Karena memang sampahku tanggung jawabku. :)
Hapuskelola sampah dari rumah ini termasuk PR bersamaa ya, semoga makin kesini makin banyak yang sadar dan segera menerapkan kelola sampah di kehidupan sehari-hari ya :)
BalasHapusAamiin. Betul, Mbak. PR bersama. Bukan cuma pemerintah atau lembaga pengelola sampah.
Hapus