Aksi Aku Cegah Perubahan Iklim Saat Wisata Kuliner

Sampah makanan yang dibuang begitu saja, dibiarkan menumpuk, dan tidak dikelola akan membusuk dan menghasilkan gas metana berbahaya yang berkontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Bappenas RI mencatat timbulan sampah makanan di Indonesia tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton/tahun. Sedangkan total emisi yang dihasilkan adalah 1.702,9 Mt CO2 ek atau rata-rata kontribusi per tahun setara dengan 7,29 persen emisi GRK Indonesia. Dampaknya sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk beberapa waktu terakhir yaitu adanya peningkatan suhu bumi.

Food Lose and Waste

Tahap konsumsi menjadi penyumbang terbesar dari sisi rantai pasok. Kelebihan porsi dan perilaku konsumen yang tidak menghabiskan makanan menjadi penyebab utama menumpuknya food waste. Membuang makanan sama dengan membuang sumber daya dan energi yang telah digunakan untuk menanam, memanen, mengemas, mengangkut, dan memproduksi. Artinya, saat kita membuang makanan sama dengan membuang gas, listrik, dan air yang digunakan untuk memasak makanan tersebut. Terlihat remeh, namun berdampak besar terhadap perubahan iklim.

Akibat Sampah Makanan
Sejatinya, sulit bagi manusia untuk tidak menghasilkan sampah makanan. Namun, sebagai wujud cinta pada bumi, kita dapat meminimalisasi atau mengelola sampah tersebut agar dampak buruknya dapat dihindari. 


Sadari Perubahan Iklim, Cegah Agar Tidak Semakin Ekstrem

Aksi Cegah Perubahan Iklim
Menurut BMKG, 90 persen energi panas yang terperangkap oleh GRK diserap oleh lautan. Imbas bagi daerah tropis seperti Indonesia adalah suhu air laut menjadi lebih panas dan CO akan meningkatkan derajat keasaman air laut sehingga menyebabkan populasi hewan laut menurun karena mereka bermigrasi ke kutub. Perubahan iklim yang ekstrem juga dapat menyebabkan kekeringan, meningkatkan risiko kesehatan, hingga berpengaruh pada ketahanan pangan global.

Menyadari adanya perubahan iklim global yang kian memprihatinkan, aku berusaha untuk menerapkan pola hidup minim sampah terutama saat wisata kuliner. Mengapa wisata kuliner? Karena dari sini banyak sampah makanan dan plastik yang dihasilkan. Berikut aksi aku mencegah perubahan iklim saat mengeksplorasi makanan.


Makan di Tempat atau Bawa Tempat Makan dari Rumah
Aksi Cegah Perubahan Iklim

Saat jajan di kaki lima atau stan-stan makanan, banyak penjual yang menggunakan kemasan sekali pakai tidak ramah lingkungan seperti plastik dan tempat makan dari bahan gabus sintetis. Membawa tempat makan dan peralatannya dari rumah sama dengan membantu bumi agar tidak menanggung beban sampah lebih banyak. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2021 total produksi sampah jenis plastik mencapai 11,6 juta ton. Padahal, jenis sampah tersebut membutuhkan waktu hingga 1000 tahun untuk dapat terurai di tanah.


Beli Secukupnya dan Habiskan Makanan
Aksi Cegah Perubahan Iklim

Sering kali saat berkunjung ke pusat kuliner kita manjadi kalap. Semua makanan ingin dicoba. Padahal porsi makan sedikit. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kompas, sebanyak 38,8 persen dari 516 responden, atau sekitar 200 orang tidak menghabiskan makanan yang dibeli di restoran. Aku membiasakan diri untuk mengubah perilaku menjadi "beli secukupnya" agar tidak kelebihan porsi dan menimbulkan sampah makanan. Menghabiskan makanan adalah cara aku mengurangi food waste dan menghargai energi yang telah dipakai untuk memproduksi makanan tersebut.


Membawa Tas Tote

Aksi Cegah Perubahan Iklim

Tas tote yang aku bawa dari rumah ini berguna untuk membawa tempat makan, botol air minum, sendok, dan garpu. Jika tidak ingin makan di tempat, tas tote bisa untuk membawa barang belanjaan sehingga penggunakan kantong plastik dapat dikurangi.


Gunakan Air Secukupnya

Menggunakan air secukupnya saat wisata kuliner selalu aku terapkan. Selain untuk cuci tangan, aku biasanya juga membilas tempat makan yang telah digunakan agar tidak terlalu kotor sebelum dibawa pulang. Tidak membuang air sama dengan melestarikan sumber energi terbarukan agar dapat dinikmati sampai anak cucu nanti.


Bawa Sapu Tangan Kain

Dulu, aku selalu mengandalkan tisu saat wisata kuliner. Namun, penggunaan tisu yang berlebihan ternyata dapat merusak lingkungan. Pohon yang ditebang untuk membuat tisu dapat menyebabkan erosi, hutan gundul, dan penurunan kualitas oksigen. Tisu menjadi bagian dari sampah anorganik yang sulit terurai. Padahal penggunaannya hanya sekali pakai. Oleh karena itu, aku mulai membiasakan diri untuk membawa sapu tangan kain yang dapat dicuci dan dipakai berkali-kali.


Tidak Memakai Sedotan Plastik Sekali Pakai
Aksi Cegah Perubahan Iklim

Jumlah pemakaian sedotan plastik di Indonesia jadi salah satu yang paling tinggi di dunia, mencapai 90 juta unit per hari. Kita semua tahu bahwa sedotan plastik membutuhkan waktu kurang lebih 200 tahun agar dapat terurai. Bisa terbayang bagaimana tumpukan sedotan itu makin menggunung tiap tahunnya, bukan? Oleh sebab itu, aku lebih memilih tidak menggunakan sedotan saat wisata kuliner dalam rangka aksi nyata mendukung ekonomi sirkular.

Hal-hal yang aku lakukan di atas nampak sepele, namun jika 275 juta penduduk Indonesia menerapkannya setiap hari maka bumi tidak perlu memikul beban sampah makanan dan plastik terlalu banyak serta restorasi bumi dapat segera terealisasikan.


Selamatkan Bumi Bersama Greeneration Foundation

Greeneration Foundation

Sering mendengar pepatah 'banyak jalan menuju Roma' yang memiliki makna banyak cara untuk mencapai tujuan. Sama halnya dalam menyelamatkan bumi, banyak pula hal yang dapat dilakukan. Namun terkadang, keterbatasan membuat kita tidak mampu melakukan semuanya. Misalnya, saat pergi ke festival makanan dan melihat banyak sampah berserakan, rasanya ingin sekali memungutinya. Akan tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan seorang diri karena membutuhkan ekstra tenaga dan waktu. Oleh sebab itu, Greeneration Foundation hadir membantu masyarakat yang peduli terhadap isu lingkungan untuk berkontribusi bersama menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. 

Greeneration Foundation dulunya bernama Greeneration Indonesia yang lahir karena semangat untuk menginisiasi kampanye dan edukasi lingkungan pada tahun 2006. Lalu tahun 2014 lembaga swadaya masyarakat yang berlokasi di Kota Bandung ini resmi menjadi yayasan berbadan hukum.

Green Fund Digital Philanthropy

Saat ini Greeneration Foundation memiliki platform untuk menggalang dana publik bernama Green Fund Digital Philanthropy (GFDP). Donasi yang masuk melalui platform tersebut digunakan untuk percepatan solusi lingkungan, utamanya terkait perubahan iklim. GFDP saat ini telah mengantongi izin Penyelenggaraan Pengumpulan Uang dan Barang (PUB) dari Kementerian Sosial dengan nomor SK 270/HUK-PS/2022.

Bagaimana cara berdonasi di Greeneration Foundation? Berikut 5 langkah mudah untuk berdonasi menyelamatkan bumi.


5 Langkah Mudah Berdonasi di Greeneration Foundation
Greeneration Foundation

  1. Buka laman donation.greeneration.org
  2. Pilih jenis donasi bulanan/satu kali. Klik "Donasi Sekarang."
  3. Pilih nominal donasi minimal Rp10.000 untuk bulanan dan minimal Rp50.000 untuk donasi satu kali. Selanjutnya isi data diri dan pilih metode pembayaran.
  4. Bayar sesuai dengan jenis pembayaran yang dipilih (debit card, e-wallet, virtual account, atau QRIS).
  5. Selesai. Donasi untuk lingkungan telah diterima oleh Greeneration Foundation.

Kamu tertarik mengambil langkah penting untuk ikut merestorasi bumi? Yuk, donasi sekarang di Greeneration Foundation dan jadi bagian perubahan!  


***

Referensi tulisan

Laporan Kajian Food Loss and Waste di Indonesia Dalam Rangka Mendukung Penerapan Ekonomi Sirkular dan Pembangunan Rendah Karbon. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. 2021. https://lcdi-indonesia.id/wp-content/uploads/2021/06/Report-Kajian-FLW-FINAL-4.pdf

Buletin Gas Rumah Kaca Volume 02 Nomor 02 Bulan Agustus 2022. BMKG. 2022. https://iklim.bmkg.go.id/bmkgadmin/storage/buletin/Buletin%20Gas%20Rumah%20Kaca%20Vol%202%20No%202_BMKG.pdf

https://greeneration.org/about/

https://greeneration.org/program/

https://envihsa.fkm.ui.ac.id/2022/05/25/food-loss-food-waste-ketika-makanan-yang-terbuang-menjadi-masalah-bagi-lingkungan/

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/05/18/kebiasaan-buruk-sisakan-makanan

https://katadata.co.id/ariemega/infografik/5e9a55e63009d/sedotan-plastik-mengancam-bumi

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220225173203-20-764215/sampah-plastik-2021-naik-ke-116-juta-ton-klhk-sindir-belanja-online

Infografis dibuat oleh Sovi Nur Wakhidah menggunakan Canva
Foto: Dokumentasi Pribadi

Posting Komentar

12 Komentar

  1. Keren, Mbak! Melalui berperilaku bijak saat kulineran bisa mengurangi dampak yang dihasilkan dari sampah makanan. Dengan begitu bisa menekan perubahan iklim di bumi kita ini yaaa...

    BalasHapus
  2. Selain melakukan langkah-langkah di atas, mensupport komunitas penggiat lingkungan seperti Greeneration Foundation dengan memberikan donasi merupakan bentuk aksi cegah perubahan iklim dengan peduli bumi.

    BalasHapus
  3. keren yah Greeneration foundation, selain memberi donasi juga mendorong aksi langsung dengan cara turun ke lapangan

    BalasHapus
  4. Kalau kita semua sadar akan hal ini, pasti sampah makanan akan terminimalisir dengan baik. Sayangnya banyak juga yang tidak peduli

    BalasHapus
  5. we have so many things to do to to help the earth and I bet we all can contribute to this joint effort

    BalasHapus
  6. Duuh..jadi malu deh membaca tulisan ini, mengingat aku masih jauuhh dari usaha keren seperti yg dipaparkan di sini. Tapi bismillah..aku akan berusaha memperbaiki diri deh..karena aku juga sayaaang dg bumi kita ini..

    BalasHapus
  7. sekarang mau donasi tuh enak yaa mudah semua dr hp sendiri bisa dan nominal jg bisa pilih semampunya.
    btw untuk bawa alat makan sendiri itu udh sering krn banyak yg ga oke alat makannya. cuma untuk kotaknya malah belum pernah coba kalau pas ga ada anak yg bawa bekel, huhu

    BalasHapus
  8. Banyak cara untuk menyelamatkan bumi ini, karena melalui pelestarian lingkungan tersebut sebenarnya kita menyelematkan nyawa kita juga ya kak

    BalasHapus
  9. Padahal sudah ada haditsnya ya.. bahwa makanan terakhir adalah yang penuh keberkahan. Tapi selalu aja makan makanan yang kurang bersih bahkan masih bersisa banyak. Semoga dengan langkah kecil yang selalu dilakukan seperti ini, kita bisa menjaga bumi dari mitigasi perubahan iklim.

    BalasHapus
  10. Berbagai aktivitas yang kita lakukan memang berpotensi untuk ngasih efek ke perubahan iklim ya. Termasuk saat kita kulineran. Kudu nyontoh mbak Sovi nih aku. Aku masih sembarangan eung. HUhuhu...

    BalasHapus
  11. Sebaiknya kalo ambil makan ya memang secukupnya aja. Lebih baik ambil sedikit2 aja. Kalau kurang bs nambah. Drpd ambil banyak malah ga habis kan mubazir. Skrng jg aku klo pergi makan di luar suka bawa tempat makan ma minum sendiri. Biar kalo ada sisa bisa dipindah.

    BalasHapus
  12. Bisa banget ya kita mencegah perubahan iklim lewat gaya hidup kita. Makan di luar pun bs kita siasati.

    BalasHapus
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)